Audisi “Dewi Fortuna” Belum Dapat Peran Perempuan

Posted: Senin, 09 Mei 2011 by TEATER HARMONI in Label:
0


Audisi naskah drama panggung “Dewi Fortuna” karya Imron Supriyadi, salah satu penulis di Palembang, belum mendapatkan peran perempuan, baik pemeran utama maupun pembantu perempuan. Meski ada beberapa perempuan yang ‘diincar’ oleh sutradara Jaid Saidi, tetapi menurutnya perlu ada kompetitor. “Kalau ada kompetitor, baik yang yang perempuan maupun wanita, kita akan bisa punya banya pilihan. Ini yang masih kita cari. Yang laki-laki juga masih punya peluang munculnya kompetitor peran, supaya ebih dinamis,” tukas Jaid Saidi saat Audisi hari kedua, di Palembang, Senin (9/5/2011)

Lebih lanjut, jebolan Bengkel Teater WS Rendra ini menambahkan, setelah dilakukan bedah naskah pada audisi pertama, pihaknya akan melakukan diskusi internal kepada penulis. Ini berkaitan dengan beberapa adegan yang menurut Jaid perlu ditambah dan dikurangi. “Saya memang sudah diserahi oleh penulis untuk menggarap naskah ini dalam bentuk pementasan. Tetapi saat saya mengusulkan tambahan adegan dan tambahan dialog, saya harus diskusi dulu dengan penulis, karena ini hak intelektual penulis,” katanya.

Jaid menilai, dalam bedah naskah itu ada beberapa koreksi yang datang dari sejumlah seniman, yang menurut Jaid tidak akan mengurangi esensi naskah, bahkan memperkuat adegan. Jaid mencontohkan perlunya ada adegan antar pengacara dari masing-masing pembela, juragan Tirta dan Sobah sebagai tersangka. “Ini akan kita diskusikan dengan penulis, sehingga tidak akan terjadi saah persepsi ketika pementasan nanti ada tambahan dan pengurangan adegan,” tukasnya.

Terpisah, Yosep Sutrisno, salah satu pelaku teater yang bakal mendukung “Dewi Fortuna” menyarankan agar penulis bisa lebih terbuka menerima saran dan kritik terhadap naskah yang sudah ditulis. “Memang ini hak mutlak penulis. Tapi Bung Jaid sebagai sutradara punya taste sendiri yang sangat mungkin bisa diakomodir oleh penulis,” katanya.

Sementara itu, Imron Supriyadi, penulis naskah ini saat dikonfirmasi via handphone tentang usulan itu, belum bisa menjelaskan secara detil. “Saya bukan tidak setuju dengan usulan tambahan adegan itu, tapi dalam soal ini saya perlu ketemu dulu dengan Bung Jaid. Saya tidak bisa menjelaskan ini lewat telpon. Nanti kalau saya sudah diskusi dengan sutradara akan kita jelaskan lagi,” tukas Imron yan masih berada diluar kota.

Seiring dengan itu, Darwin Syarkowi, mantan praktisi teater Kreta IAIN Raden Fatah Palembang dalam diskusi online menilai, penulis dalam naskah “Dewi Fortuna” tidak secara jelas membahas kasus hukum. Sebab, kalau melihat sinopsisnya, menurut Area Manager Smart FM Palembang ini sejumlah dialog tidak secara detil menyebut sejumlah pasal, seperti mengutip KUHP dan lainnya. “Menurut saya, naskah ini hanya sebuah satire atau sindiran dalam konteks hukum saja, bukan sedang bicara soal hukum secara utuh,” tulisnya, di wall paper FB, Senin (9/5/2011) di Palembang. [*] (rel/dpt)



0 komentar:

Lorem Ipsum

Selamat Datang di Blog Kami

Followers

ChatBox